KEMISKINAN
Kemiskinan merupakan masalah sosial laten yang senantiasa hadir di
tengah-tengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Kemiskinan
senantiasa menarik perhatian berbagai kalangan, baik para akademisi maupun para
praktisi. Berbagai teori, konsep dan pendekatan pun terus menerus dikembangkan
untuk menyibak tirai dan mungkin “misteri” mengenai kemiskinan ini. Dalam
konteks masyarakat Indonesia, masalah kemiskinan juga merupakan masalah sosial
yang senantiasa relevan untuk dikaji secara terus menerus. Ini bukan saja
karena masalah kemiskinan telah ada sejak lama, melainkan pula karena masalah
ini masih hadir di tengah-tengah kita dan bahkan kini gejalanya semakin
meningkat sejalan dengan krisis multidimensional yang masih dihadapi oleh
Bangsa Indonesia. Meskipun pembahasan kemiskinan pernah mengalami tahap
kejenuhan sejak pertengahan 1980-an, upaya pengentasan kemiskinan kini semakin
mendesak kembali untuk dikaji ulang.
A. KONSEP
KEMISKINAN
Pengertian atau batasan tentang kemiskinan bukanlah sesuatu hal yang
mudah dirumuskan. Kemiskinan sebagai suatu gejala ekonomi sangat berbeda dengan
konsep kemiskinan dilihat dari gejala sosial. Ekonomi kemiskinan merupakan
suatu gejala yang terjadi di sekitar lingkungan penduduk miskin dan biasanya
dikaitkan dengan masalah rendahnya pendapatan. Sebaliknya kebudayaan kemiskinan
lebih banyak terdapat dalam diri penduduk miskin itu sendiri seperti cara
hidup, filosofi, tingkah laku, nilai-nilai tradisional, persepsi, dan sikap
setiap individu yang memiliki perbedaan mendasar tentang pemahaman kehidupan
yang diobsesikan. Segenap gejala kemiskinan di lingkungan kita dengan mudah dapat
dikenali seperti; kekurangan gizi, busung lapar, buta huruf, lingkungan hidup
yang kotor, tingginya angka kematian dan rendahnya harapan hidup.
B. DEFINISI
KEMISKINAN
Pada dasarnya konsep kemiskinan dikaitkan dengan perkiraan tingkat pendapatan
dan kebutuhan. Perkiraan kebutuhan hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau
kebutuhan dasar minimum sehingga memungkinkan seseorang dapat hidup secara
layak. Bila sekiranya tingkat pendapatan tidak dapat mencapai kebutuhan
minimum, maka orang atau keluarga tersebut dapat dikatakan miskin. Ukuran untuk menentukan tingkat kemiskinan
paling tidak dapat dilihat dari beberapa hal, sebagai berikut:
1. KEBUTUHAN
MINIMUM
Kesulitan utama di dalam konsep kemiskinan
mutlak adalah penentuan komposisi dan tingkat kebutuhan minimum. Kebutuhan
minimum bukan saja dipengaruhi oleh adat dan kebiasaan tetapi erat pula
hubungannya dengan tingkat pembangunan, iklim dan berbagai faktor ekonomi
lainnya.
2. KEMISKINAN
RELATIF
Dengan memperhatikan berbagai kelemahan
tersebut, konsep kemiskinan ini lebih tepat diperlakukan secara relatif
daripada mutlak. Ini berarti garis kemiskinan ditentukan oleh keadaan
masyarakat sekitarnya daripada orang atau keluarga itu sendiri. Suatu garis
kemiskinan tidaklah dapat ditentukan dalam keadaan vakum, tetapi dilihat dalam
hubungannya dengan lingkungan masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Kemiskinan
relatif biasanya diperkirakan dengan memperhatikan golongan berpendapatan
rendah dari suatu pola pembagian pendapatan.
3. KEMISKINAN
ABSOLUT (Perkiraan Garis kemiskinan Mutlak)
Penentuan garis kemiskinan
berdasarkan konsep kemiskinan mutlak dapat dilakukan dengan menempuh berbagai
cara pendekatan. Di dalam beberapa negara terdapat perkiraan garis kemiskinan
resmi baik untuk merumuskan kebijaksanaan kesejahteraan sosial maupun
penyusunan perencanaan pembangunan.
4. GARIS
KEMISKINAN RESMI
Garis kemiskinan resmi merupakan garis
kemiskinan yang ditetapkan oleh pemerintah di dalam usaha-usahanya untuk
mengukur tingkat kemiskinan. Dasar perkiraan garis kemiskinan resmi ini
berbeda-beda antara satu negara dengan negara lainnya.
5. GARIS
KEMISKINAN INTERNASIONAL
Pendekatan
garis kemiskinan internasional di dalam menentukan garis kemiskinan
suatu negara merupakan suatu cara tidak langsung di dalam mengukur
tingkat kemiskinan. Perkiraan semacam ini terutama sekali dilakukan
untuk studi perbandingan antar negara di samping memperkirakan
tingkat kemiskinan global.
6. MENGUKUR
TINGKAT KEMISKINAN
Perkiraan garis kemiskinan merupakan refleksi
dari suatu konsep kemiskinan. Garis kemiskinan ini merupakan patokan terpenting
di dalam mengukur tingkat kemiskinan. Pengambilan kebijaksanaan untuk mengatasi
masalah kemiskinan akan menentukan pula garis kemiskinan yang akan dipergunakan
di dalam memperkirakan tingkat kemiskinan. Pada dasarnya terdapat dua
pendekatan di dalam mengukur tingkat kemiskinan. Pertama, memperkirakan jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan.
Ukuran ini disebut sebagai ukuran jumlah orang (head-count measure). Kedua, memperhitungkan
jumlah dana yang diperlukan untuk mengatasi masalah kemiskinan. Ukuran ini
dikenal selaku kesenjangan kemiskinan (poverty gap).
7. PERKEMBANGAN
KEMISKINAN DI INDONESIA
Berbeda
halnya dengan India, Malaysia, Amerika Serikat, dan beberapa negara Eropa
lainnya, Indonesia belum mempergunakan konsep garis kemiskinan resmi. Namun
demikian, beberapa tenaga peneliti telah mengadakan berbagai perkiraan mengenai
tingkat kemiskinan di Indonesia baik berdasarkan konsep kemiskinan mutlak
maupun kemiskinan relatif.
Sumber:
eprints.undip.ac.id/3647/1/Artikel_Edi_Santosa.pdf
Sumber:
eprints.undip.ac.id/3647/1/Artikel_Edi_Santosa.pdf